Achmad Darwis Dokter Hebat Dari Suliki, Karyanya Terbit Di Jurnal Medis Hindia Belanda
Medianers Achmad Darwis yaitu sosok dokter andal di zamannya. Pada periode kolonialisme Hindia Belanda, tulisannya pernah diterbitkan di Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië (GTNI), atau dikenal dengan Jurnal Medis Hindia Belanda. Tulisan dimaksud berjudul Pseudocarcinoom, resp divertikels met spleet-lipomen van den, diterbitkan tahun 1931.
Kala itu, tidak semua pribumi yang bisa terbit karya tulisnya di Jurnal Medis Hindia Belanda. Hanya hitungan jari saja, seperti dr. Sardjito, rektor pertama dan salah seorang pendiri Universitas Gadjah Mada. Kemudian, dr. Sarwono Prawirohardjo, dr.Sutomo Tjokronegoro, dr. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema, dan dr.Achmad Mochtar, yang saat ini namanya diabadikan di salah satu rumah sakit di Kota Bukittinggi.
Dokumentasi ihwal karya tulis Achmad Darwis saat goresan pena ini diterbitkan, (6/5) masih mampu diakses, alasannya adalah diarsipkan secara digital oleh Tropical and Geographical Medicine (TGM). TGM yakni generasi penerus Jurnal Medis Hindia Belanda pascakolonial. Dalam arsip TGM, penulis menemukan sebanyak 4 halaman karya Achmad Darwis, (halaman 910 - 914), mengulas tentang penyakit kanker pada sistim pencernaan.
Terkait karya tulis Achmad Darwis terbit di Jurnal Medis Hindia Belanda itu, sedikit kesulitan penulis melaksanakan verifikasi, apakah benar atau tidak itu karya Achmad Darwis? Sebab, minim literatur yang mengulas tentang itu. Namun berdasarkan kecocokan identitas, melalui data yang didapat dari Saiful Guci, pengamat sosial sekaligus mantan wartawan berdomisili di Pulutan, Tanjung Pati, akibatnya penulis menyakini itu, karya Achmad Darwis.
Kecocokan identitas dimaksud, dalam profil naskah di jurnal ditayangkan latar belakang Achmad Darwis sebagai asisten dosen di Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) Surabaya. Seperti ini tertera, Uit de Afdeelling voor pathol. Anatomie en gerechtel. Geneeskunde der N.I.A.S. te Soerabaja. Selanjutnya dituliskan, door Achmad Darwis assistent. Kemudian, di bawah profil, karya tulis ditampilkan secara utuh.
![]() |
| Penggalan Karya Tulis Achmad Darwis, (1931) terbit di Jurnal Medis Hindia Belanda./ Dok: Tropical and Geographical Medicine (TGM) |
Kaitannya yakni dalam tulisan Saiful Guci berjudul, Sejarah nama RSUD Suliki dr. Achmad Darwis, menjelaskan bahwa , Achmad Darwis pernah menuntaskan pendidikan kedokteran di N.l.A.S pada 14 Desember 1929. Kemudian, Achmad Darwis diangkat sebagai dokter di Central Bergelijk Ziekenin Rachting (CBZ) atau dikenal Rumah Sakit Umum Pusat di Surabaya. Selanjutnya tahun 1930 Achmad Darwis menjadi asisten dosen di N.I.A.S. Surabaya, dan kembali mengabdi ke CBZ pada tahun 1933.
Dikala menjadi tangan kanan dosen tersebut, Achmad Darwis berkesempatan mengirimkan karya tulisnya ke Jurnal Medis Hindia Belanda, tepatnya pada tahun 1991. Diadopsi dari karya tulis Achmad Darwis berbahasa Belanda, pada halaman 910, paragraf pertama yang penulis terjemahkan melalui aplikasi mampu disimpulkan bahwa, Achmad Darwis memiliki ketertarikan pada ilmu Anatomi dan Patologi, khususnya di bab kanal pencernaan.
Setelah abad kolonialisme berakhir, berdasarkan berita Saiful Guci menyatakan bahwa, pada tahun 1952-1969 Achmad Darwis menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dan pada tahun 1959 Achmad Darwis diangkat sebagai guru besar (profesor) Patologi Anatomi di kampus yang sama. Maknanya, dari zaman kolonialisme hingga zaman kemerdekaan Achmad Darwis fokus terhadap satu bidang keilmuan, ialah perihal Anatomi dan Patologi.
Kaprikornus, kecocokan gosip wacana karya tulis Achmad Darwis yang disesuaikan dengan berita yang pernah diulas Saiful Guci mampu dibilang valid. Dan, dokumentasi wacana karya tulis Achmad Darwis itu, hingga tulisan ini diterbitkan belum penulis temukan literatur daring mengulasnya, selain dokumen yang ada di situs www.nvtg.org, milik Tropical and Geographical Medicine. Dan, hal ini sangat menarik dikaji lebih dalam.
Sebagai berita suplemen, Achmad Darwis lahir pada tanggal 26 Januari 1903, dan wafat 25 April 1983 di Kota Medan. Namanya sampai kini diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Achmad Darwis, di tanah kelahirannya, yaitu di Kecamatan Suliki, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Penetapan nama RSUD menjadi nama Achmad Darwis diresmikan pada tanggal 14 Maret 2013. Ditetapkan melalui Perda Kabupaten Limapuluh Kota Nomor 4 Tahun 2012. (Anton Wijaya)

Comments
Post a Comment