Medianers Dibalik gagang telpon, anak lelaki sibiran tulang berkata pada Ayahnya, "maafkan Aku Ayah. Aku tidak mampu mudik. Pekerjaan kantor banyak menumpuk. Aku tidak mampu izin libur lebaran," katanya. Mendengar itu, guratan wajah sedih sang Ayah tak mampu beliau sembunyikan, bergumam bibirnya. Jatuh ke dalam air matanya. "Pulanglah Nak, Rendang yang dimasak khusus oleh ibumu, hanya untukmu," kata Ayah murung. Anak lelaki nan didambakan pulang di hari raya lebaran itu, tergagap menjawab. Ia hanya berkata, "maafkan Aku Ayah. Bilang sama ibu, mungkin tahun depan Aku bisa pulang," jawabnya. Lantas, Ayah termenung. Seraya memandang jauh ke depan. Di balik jendela lama, dia menatap kosong, lamunannya terdampar sampai ke ujung sawah. Masih berharap anak yang dirindukan muncul menuju rumah yang ia tempati hanya bersama istri yang telah bau tanah di makan usia. Sesugukan si Ayah, ia tak kuasa menahan duka. Masih membekas diingatannya bahwa, kemarin ...
Comments
Post a Comment