Resiko Punya Pasangan Perawat Dan Bidan
Medianers Punya pasangan Perawat atau Bidan merupakan harapan banyak orang. Tak sedikit pula orang yang enggan memilih pasangan Perawat atau Bidan untuk dijadikan pacar atau istri atau sebagai suami.
Sebab, ketika seseorang telah menetapkan menjadi Perawat atau Bidan, maka waktu dan hidupnya telah tersita oleh waktu melayani kesehatan masyarakat. Sehingga pasangannya bisa saja terabaikan.
Barangkali pembaca beranggapan penulis terlalu berlebihan. Padahal, itu ialah realita, dan penulis alami sendiri. Penulis berprofesi sebagai Perawat di Kamar Bedah, dan punya seorang istri berprofesi Bidan di rumah sakit.
Dapat dicontohkan, sedang tidur lezat, hari hujan lebat. Tiba-tiba saja telepon berdering, terlihat panggilan dari rumah sakit. Maka Perawat yang sedang jadwal on call, wajib datang.
Kecuali, ada teman Perawat lain yang mau menggantikan. Tapi, jikalau hujan lebat, tengah malam pula, siapa yang mau menggantikan?
Meskipun sang istri kembali menarik selimut, dan memeluk erat supaya pasangan tidak pergi. Percayalah, itu bakal diabaikan oleh Perawat yang dinas di Kamar Bedah, ketika mendapat telepon operasi emergensi.
Begitu pula punya pasangan Bidan, kendati suaminya sedang butuh perhatian. Dan, Bidan selaku istri sedang shift malam. Suami wajib bersabar menunggu, hingga pekerjaan istri tuntas, begitulah kira-kira, dan pasangan dihentikan 'baper', bukan tak cinta atau tak sayang, tapi demi profesi.
Perawat dan Bidan bukan tak berani menolak dan mencari-cari alasan. Agar mampu menghindar dari pekerjaan. Tapi, sebab takut terhadap sumpah profesi maka itu tidak dilakukan.
Yang mana poinnya, profesi Perawat atau Bidan disumpah, mendahulukan kepentingan orang banyak, diatas kepentingan pribadi. Saat caping day, sumpah itu diucapkan. Begitu pula dikala diwisuda. Jadi, tanggung jawab watak itu wajib melekat, dan tanggung jawab profesi harus dekat di hati dan sanubari.
Perawat dan Bidan juga disumpah untuk tidak diskriminasi, tanpa pandang bulu dan membedakan, suku, ras, dan agama orang yang akan ditolong. Semuanya sama, harus dibantu jika membutuhkan layanan kesehatan.
Hendaknya, sebelum memutuskan memiliki pasangan seorang Perawat atau Bidan. Ini perlu dipikirkan dan ditimbang-timbang dulu oleh pencari pasangan.
Agar senantiasa, bisa saling memahami terhadap pekerjaan Perawat dan Bidan, yang lebih mendahulukan kepentingan pasien, dari pada kepentingan pribadinya. Selain mengenal dan memahami pasangan, tujuannya ialah biar tidak terjadi konflik nantinya, sehabis membingkai rumah tangga. (Anton Wijaya)
Terkait : 4 Alasan Anda Harus Berpikir Ulang Menikahi Perawat
Sebab, ketika seseorang telah menetapkan menjadi Perawat atau Bidan, maka waktu dan hidupnya telah tersita oleh waktu melayani kesehatan masyarakat. Sehingga pasangannya bisa saja terabaikan.
Barangkali pembaca beranggapan penulis terlalu berlebihan. Padahal, itu ialah realita, dan penulis alami sendiri. Penulis berprofesi sebagai Perawat di Kamar Bedah, dan punya seorang istri berprofesi Bidan di rumah sakit.
Dapat dicontohkan, sedang tidur lezat, hari hujan lebat. Tiba-tiba saja telepon berdering, terlihat panggilan dari rumah sakit. Maka Perawat yang sedang jadwal on call, wajib datang.
Kecuali, ada teman Perawat lain yang mau menggantikan. Tapi, jikalau hujan lebat, tengah malam pula, siapa yang mau menggantikan?
Meskipun sang istri kembali menarik selimut, dan memeluk erat supaya pasangan tidak pergi. Percayalah, itu bakal diabaikan oleh Perawat yang dinas di Kamar Bedah, ketika mendapat telepon operasi emergensi.
Begitu pula punya pasangan Bidan, kendati suaminya sedang butuh perhatian. Dan, Bidan selaku istri sedang shift malam. Suami wajib bersabar menunggu, hingga pekerjaan istri tuntas, begitulah kira-kira, dan pasangan dihentikan 'baper', bukan tak cinta atau tak sayang, tapi demi profesi.
Perawat dan Bidan bukan tak berani menolak dan mencari-cari alasan. Agar mampu menghindar dari pekerjaan. Tapi, sebab takut terhadap sumpah profesi maka itu tidak dilakukan.
Yang mana poinnya, profesi Perawat atau Bidan disumpah, mendahulukan kepentingan orang banyak, diatas kepentingan pribadi. Saat caping day, sumpah itu diucapkan. Begitu pula dikala diwisuda. Jadi, tanggung jawab watak itu wajib melekat, dan tanggung jawab profesi harus dekat di hati dan sanubari.
Perawat dan Bidan juga disumpah untuk tidak diskriminasi, tanpa pandang bulu dan membedakan, suku, ras, dan agama orang yang akan ditolong. Semuanya sama, harus dibantu jika membutuhkan layanan kesehatan.
Hendaknya, sebelum memutuskan memiliki pasangan seorang Perawat atau Bidan. Ini perlu dipikirkan dan ditimbang-timbang dulu oleh pencari pasangan.
Agar senantiasa, bisa saling memahami terhadap pekerjaan Perawat dan Bidan, yang lebih mendahulukan kepentingan pasien, dari pada kepentingan pribadinya. Selain mengenal dan memahami pasangan, tujuannya ialah biar tidak terjadi konflik nantinya, sehabis membingkai rumah tangga. (Anton Wijaya)
Terkait : 4 Alasan Anda Harus Berpikir Ulang Menikahi Perawat
Comments
Post a Comment